Seni: Antara Stigma dan Realita, Mengapa Dunia Tidak Bisa Tanpa Seni?

Seni24 Dilihat

BA – Apa itu seni? Pertanyaan ini sering kali muncul, terutama bagi mereka yang tidak berkecimpung dalam dunia seni. Stigma yang berkembang di masyarakat menganggap seni sebagai bidang yang tidak menjanjikan secara ekonomi. Tidak jarang, seseorang yang memilih jalur seni mendapat pertanyaan skeptis seperti, “Mau kerja apa nanti?” atau komentar sinis seperti, “Pikirkan masa depanmu.”

Stigma ini berakar dari kurangnya pemahaman terhadap nilai dan peran seni dalam kehidupan. Banyak yang menganggap seni hanya sekadar hobi atau aktivitas yang tidak memiliki dampak nyata dalam masyarakat. Padahal, seni tidak hanya sekadar estetika, tetapi juga memiliki fungsi yang luas, mulai dari memperindah lingkungan, menjadi medium ekspresi religius, hingga alat komunikasi dalam berbagai disiplin ilmu.

Seni sebagai Pencipta Keindahan

Keindahan adalah elemen yang melekat dalam seni. Sejak zaman dahulu, manusia selalu berusaha mencari dan menciptakan keindahan. Mulanya, keindahan merujuk pada unsur-unsur alami, tetapi seiring waktu, manusia mengembangkan standar keindahan yang lebih kompleks dan subjektif.

Bangsa Yunani klasik, misalnya, sangat terobsesi dengan kecantikan dan mencoba menemukan formula matematika untuk menciptakan bentuk yang ideal. Namun, seiring berjalannya waktu, standar keindahan ternyata bersifat relatif dan tidak universal. Lukisan Monalisa karya Leonardo da Vinci mungkin dianggap sebagai simbol kecantikan dalam budaya Barat, tetapi standar kecantikan di belahan dunia lain bisa berbeda jauh.

baca juga Seni Sumatera Barat Mendunia: “Garobak Galeri” Rumah Ada Seni Diakuisisi Balai Seni Negara Malaysia

Seni dalam Kehidupan Sehari-hari

Tanpa kita sadari, seni selalu hadir dalam keseharian kita. Menata ulang kamar, memilih warna cat rumah, atau bahkan cara kita berpakaian merupakan bentuk penerapan seni dalam kehidupan. Beberapa karya seni dibuat khusus untuk memperindah lingkungan, seperti Gebyok dari Jawa dan Bali yang tidak hanya berfungsi sebagai partisi ruangan tetapi juga sebagai elemen dekoratif yang kaya akan nilai budaya.

Selain itu, seni juga sering kali menjadi ekspresi religius. Sejak zaman dahulu, manusia menciptakan patung dan simbol keagamaan sebagai bagian dari praktik spiritual mereka. Bahkan, banyak arsitektur keagamaan seperti candi, masjid, dan gereja yang tidak hanya memiliki nilai spiritual tetapi juga estetika yang luar biasa.

Mengapa Seni Memiliki Nilai Ekonomi?

Salah satu alasan utama mengapa seni sering dianggap sebelah mata adalah kurangnya pemahaman terhadap nilai ekonominya. Profesi di bidang seni, terutama bagi para desainer komunikasi visual dan seniman independen, sering kali diremehkan. Banyak klien yang menawar harga serendah mungkin tanpa mempertimbangkan nilai intelektual dan kreatif yang terkandung dalam karya seni.

Padahal, industri kreatif merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dan berkontribusi besar terhadap perekonomian. Desain, film, musik, dan seni pertunjukan tidak hanya memperkaya budaya tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menguntungkan.

Seni adalah Bagian Tak Terpisahkan dari Peradaban

Dunia Seni bukan hanya tentang estetika, tetapi juga proses intelektual yang melibatkan kreativitas dan keahlian. Sebuah karya seni tidak muncul begitu saja, melainkan melalui tahapan ide, produksi, dan eksekusi.

Fungsi seni pun beragam, mulai dari dekoratif hingga praktis. Perbedaan standar estetika di berbagai budaya menunjukkan bahwa seni adalah refleksi dari kehidupan manusia yang terus berkembang. Oleh karena itu, mengapresiasi seni bukan hanya soal memahami keindahan, tetapi juga memahami peran besarnya dalam membentuk peradaban.

sumber : https://media.neliti.com/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *