Mengenal Sosok Ki Hajar Dewantara Sebagai Bapak Pendidikan Nasional

Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar

Pendidikan, Sejarah457 Dilihat

Pekanbaru, Bilikanalogi – 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional atau biasa disingkat dengan HARDIKNAS adalah hari nasional  yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia untuk memperingati hari kelahiran Ki Hadjar Dewantara yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Keppres RI Nomor 316 Tahun 1959.

Biografi

Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia

Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta dengan nama RM Soewardi Soerjaningrat (SS), putra GPH Soerjaningrat, atau cucu Sri Paku Alam III. Dari genealoginya Ia adalah keluarga bangsawan Pakualaman. Sebagai bangsawan Jawa, Ia mengenyam pendidikan ELS (Europeesche Lagere School) – Sekolah Rendah untuk Anak-anak Eropa, lalu mendapat kesempatan masuk STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Artsen) biasa disebut Sekolah Dokter Jawa. Namun karena kondisi kesehatannya sehingga dia tidak tamat dari sekolah ini.

Adapun profesi yang digelutinya adalah dunia jurnalisme yang berkiprah di beberapa surat kabar dan majalah pada waktu itu: Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara yang melontarkan kritik sosial-politik kaum bumiputra kepada penjajah. Tulisannya komunikatif, halus, mengena, tetapi keras. Jiwanya sebagai pendidik tertanam dalam sanubarinya direalisasikan dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa (1922) guna mendidik masyarakat bumiputra.

Sebagai figur dari keluarga bangsawan Pakualaman ia memimiliki berkepribadian sangat sederhana dan sangat dekat dengan kawula (rakyat). Jiwanya menyatu lewat pendidikan dan budaya lokal (Jawa) guna menggapai kesetaraan sosial-politik dalam masyarakat kolonial. Kekuatan-kekuatan inilah yang menjadi dasar  dalam memperjuangkan kesatuan dan persamaan lewat nasionalisme kultural sampai dengan nasionalisme politik. Keteguhan hatinya untuk memperjuangkan nasionalisme Indonesia lewat pendidikan dilakukan dengan resistensi terhadap Undang-undang Sekolah Liar (Wilde Scholen Ordonnantie, 1932). Undang-undang yang membatasi gerak nasionalisme pendidikan Indonesia akhirnya dihapus oleh pemerintah kolonial. Perjuangannya di bidang politik dan pendidikan inilah kemudian pemerintah Republik Indonesia menghormatinya dengan berbagai jabatan dalam pemerintahan RI, mengangkatnya sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (1950).

Ia mendapat gelar doktor honoris causa dari Universitas Gadjah Mada (1959). Kemudian Pemerintah RI mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional (1959). Meski perjuangannya belum selesai untuk mendidik putra bangsa, jelas beliau yang memelopori lahirnya pendidikan di Indonesia. Beliau wafat pada 26 April 1959 dimakamkan di pemakaman keluarga Taman Siswa Wijaya Brata, Yogyakarta.

Pemikiran Politik: Kemajuan dan Kesetaraan

Salah satu bagian penting politik kolonial yang dipertahankan di koloni adalah politik diskriminasi yang membedakan kedudukan dan peran antara penjajah dan terjajah. Diskriminasi itu dipertahankan untuk mendukung kedudukan dan peran sosial-politik kolonial yang menghegemoni semua bidang kehidupan kolonial. Pemerintah kolonial yang diidentifikasikan sebagai penguasa otomatis mempunyai kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada orang bumiputera baik secara material dan spiritual. Hal-hal inilah yang mendukung perasaan superioritas sebagai penjajah, pemerintah kolonial berhak mengatur inferoritas bumiputra.

Ki Hajar Dewantara
Logo Hardiknas 2023

Pemikiran politik yang dimaksud adalah usaha beliau untuk mendapatkan sesuatu yang oleh pemerintah kolonial dipertahankan. Oleh karena itu pemikiran politiknya dilakukan dengan multifaset, bukan hanya bidang politik melulu tetapi juga sosial dan kultural. Dari latar belakang kehidupan sosial-politik pikirannya jauh ke depan yaitu bagaimana caranya orang-orang bumiputra yang terpinggirkan ini mendapat kesempatan untuk mendapat kesetaraan secara sosial-politik dalam masyarakat kolonial. Memang secara tidak langsung di lingkungan Pakualaman sudah terbentuk cultuur-milieu berupa lingkungan kultur yang maju yang didukung oleh para elite Pakualaman

Secara umum lingkungan elite Pakualaman sudah membangun kemajuan untuk masyarakat lokal Jawa, mencari kesetaraan dalam masyarakat kolonial yang mempunyai kandungan unsur demokrasi dalam politik dan mendorong kesejahteraan bagi masyarakat kecil pada umumnya. Sebagai kelanjutan perjuangan keluarga Pakualaman adalah perjuangan di bidang pendidikan pada umumnya. Pendapat seorang sosiolog mengatakan bahwa pendidikan adalah dinamite yang dapat menghancurkan struktur masyarakat kolonial yang rigid. Disamping itu tentunya paska kemerdekaan, pendidikan tetap menjadi fondasi utama bagi kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia.

Kata Inspirasi dari Bapak Ki Hajar Dewantara

1. Janganlah orang mengira bahwa dasar kekeluargaan itu mengizinkan kita melanggar peraturan. Kekeluargaan kita adalah sikap kita pada yang takluk kepada organisasi kita. Barang siapa dengan terang-terangan atau dengan sengaja mengabaikan. Wajiblah kita memandang dia sebagai orang luaran.

2. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti itu senantiasa memikir-mikirkan dan merasa-rasakan serta selalu memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap.

3. Kekuatan rakyat itulah jumlah kekuatan tiap-tiap anggota dari rakyat itu. Segala daya upaya untuk menjunjung derajat bangsa tidak akan berhasil kalau tidak dimulai dari bawah. Sebaliknya rakyat yang sudah kuat akan pandai melakukan segala usaha yang perlu atau berguna untuk kemakmuran negeri.

4. Anak-anak tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.

5. Dengan adanya budi pekerti, tiap-tiap manusia berdiri sebagai manusia merdeka (berpribadi), yang dapat memerintah atau menguasai diri sendiri. Inilah manusia beradab dan itulah maksud dan tujuan pendidikan dalam garis besarnya.

6. Pendidikan dan pengajaran di dalam Republik Indonesia harus berdasarkan kebudayaan dan kemasyarakatan bangsa Indonesia, menuju ke arah kebahagiaan batin serta keselamatan hidup lahir.

7. Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani (Di depan, seorang Pendidik harus memberi teladan yang baik, di tengah atau di antara Murid guru harus menciptakan prakarsa dan ide, Dari belakang Seorang Guru harus Memberikan dorongan dan arahan).

8. Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah.

9. Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu.

10.Guru adalah seorang pejuang tulus tanpa tanda jasa mencerdaskan bangsa.

11. Guru jangan hanya memberi pengetahuan yang perlu dan baik saja tetapi harus juga mendidik si murid akan dapat mencari sendiri pengetahuan itu dan memakainya guna amal keperluan umum. Pengetahuan yang baik dan perlu itu yang manfaat untuk keperluan lahir batin dalam hidup bersama.

12. Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedang merdekanya hidup batin terdapat dari pendidikan.

13. Maksud pengajaran dan pendidikan yang berguna untuk kehidupan bersama adalah memerdekakan manusia sebagai anggauta persatuan (rakyat).

14. Amongsystem kita yaitu: menyokong kodrat alamnya anak-anak yang kita didik, agar dapat mengembangkan hidupnya lahir dan batin menurut kodratnya sendiri-sendiri.

15. Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu, hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya.

Sumber : Ki Hajar Dewantara : Pemikiran dan Perjuangannya (Buku)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *