Rupiah Melemah di Tengah Penguatan Dolar AS: Apa yang Menjadi Pemicu?

News67 Dilihat

Pekanbaru, (BA) Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Pada penutupan perdagangan Kamis (2/1), rupiah turun sebesar 0,41 persen atau 66 poin, mencapai level Rp16.198 per dolar AS. Tren ini menyoroti tekanan yang terus dialami mata uang Indonesia akibat berbagai sentimen global yang memperkuat dolar AS.

Sentimen Penguatan Dolar AS

Analis Pasar Uang, Ariston Tjendra, mengungkapkan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh sejumlah faktor yang memperkuat dolar AS.

“Pasar masih mengantisipasi beberapa sentimen penguat dolar seperti kebijakan ekonomi era Trump yang berdampak jangka panjang, konflik geopolitik, dan kebijakan suku bunga AS,” kata Ariston, Jumat (3/1).

Selain itu, pasar memprediksi Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan mengurangi laju pemangkasan suku bunga pada tahun ini. Hal ini semakin menambah daya tarik dolar di mata investor global.

Data Ekonomi AS Menguat

Sentimen positif untuk dolar AS juga didukung oleh data ekonomi terbaru. Klaim tunjangan pengangguran mingguan Amerika Serikat tercatat sebesar 211 ribu, lebih rendah dari ekspektasi pasar sebesar 222 ribu.

“Jumlah klaim yang lebih sedikit menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap stabil. Kondisi ini bisa membuat Bank Sentral AS mempertahankan suku bunga acuannya,” jelas Ariston.

Pagi ini, indeks dolar AS terlihat kembali menguat ke level 109,20, dibandingkan posisi pagi sebelumnya di kisaran 108,55.

Dampak pada Rupiah

Penguatan indeks dolar AS berdampak langsung pada pelemahan rupiah. Ariston memprediksi rupiah berpotensi melemah hingga level resisten Rp16.250 per dolar AS, dengan support di kisaran Rp16.150.

“Penguatan dolar AS memberikan tekanan signifikan, sehingga potensi pelemahan rupiah masih cukup terbuka, terutama jika sentimen global terus mendukung penguatan dolar,” tambah Ariston.

Faktor Ekonomi Global

Selain sentimen domestik AS, perlambatan ekonomi Tiongkok juga menjadi faktor eksternal yang memengaruhi performa mata uang di negara berkembang, termasuk Indonesia. Perlambatan ini menciptakan ketidakpastian yang membuat investor cenderung mencari aset berdenominasi dolar AS yang dianggap lebih aman.

Prospek ke Depan

Dengan masih kuatnya sentimen penguatan dolar, para pelaku pasar di Indonesia perlu terus mencermati perkembangan kebijakan ekonomi global, termasuk langkah The Fed dan kondisi geopolitik. Meski demikian, stabilitas ekonomi domestik juga akan menjadi faktor penting dalam menjaga daya tahan rupiah di tengah gempuran sentimen eksternal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *