BA – Welcome to Beau Is Afraid. Film yang bukan cuma bikin mikir—tapi juga bikin lo mempertanyakan: “Gue nonton film? Atau gue lagi diajak masuk ke kepala orang cemas banget sampe realita udah kayak lukisan Salvador Dalí?”
Jadi, Ini Film Tentang Apa?
Secara garis besarnya, ini film tentang Beau, seorang pria paruh baya yang hidup dalam ketakutan konstan. Takut sama orang, takut ambil keputusan, takut sama dunia luar, dan yang paling utama: takut sama ibunya. Ketika kabar kematian sang ibu datang, niatnya buat pulang malah berubah jadi trip paling absurd dalam sejarah film modern.
Kota tempat dia tinggal kayak zona perang. Orang-orang di jalan berasa kayak zombie nyasar dari film lain. Terus ada bagian dia tinggal di rumah orang asing yang ngaku baik tapi ternyata gangguan mentalnya udah level dewa. Lalu masuk ke hutan, ketemu teater, nonton pertunjukan yang… somehow tentang hidupnya sendiri?
Dan pas lo kira semua kekacauan ini bakal ada penjelasannya di akhir—boom! Lo malah diajak nonton sidang terbuka atas hidup Beau yang seolah jadi tontonan publik. Ending-nya? Nggak ada pelukan. Nggak ada closure. Cuma lo dan rasa “WTF barusan gue liat apaan?”
Aktor dan Visual: Joaquin Phoenix vs Dunia yang Hancur
Joaquin Phoenix outdid himself. Serius. Lo bakal ngeliat karakter yang dari awal sampai akhir gamang, gelisah, diam, tapi ekspresif. Lo ikut lemes, takut, dan kadang pengen teriak, “YA ALLAH BEAU NGAPA NURUT MULU?!”
Secara visual, film ini gila. G-I-L-A. Dari dunia penuh sampah dan kekerasan di kota, rumah-rumah yang terlalu “rapih tapi serem”, hutan surealis, sampai ruang bawah tanah penuh simbol kelamin (yes, really)—semuanya seperti lukisan psikedelik yang hidup. Ari Aster benar-benar lepas kendali. Tapi lepas kendali yang… seni banget.
Makna Terselubung (Dan Nggak Terselubung Banget)
Film ini bukan sekadar perjalanan fisik. Ini adalah autopsi hidup orang yang tumbuh besar dalam tekanan, kontrol, dan rasa bersalah. Ibunya bukan cuma “toxic”, dia adalah manifestasi dari god complex disguised as parenting. Dan Beau? Simbol dari generasi yang tumbuh dengan anxiety kronis, penuh rasa bersalah karena “nggak cukup baik” buat orangtua mereka.
Beau itu kita—yang terlalu takut buat ngelawan, terlalu banyak mikir sampe akhirnya nggak jalan ke mana-mana. Dan film ini kayak bilang ke kita: “Lihat nih, beginilah hidup kalau lo terus-terusan nurut sama rasa takut.”
Final Verdict: 8.5/10 – Cemas, Sureal, dan Jujur Bikin Capek… Tapi Jenius
Beau Is Afraid bukan tontonan santai buat malam minggu. Ini film yang ngajak lo masuk ke dalam kepala orang yang tumbuh dengan luka batin yang nggak pernah sembuh, dan dunia di sekelilingnya adalah cerminan dari rasa bersalah, ketakutan, dan kekosongan.
Tapi justru karena itu, film ini otentik banget. Lo bisa nggak suka, lo bisa kesel, tapi lo nggak bisa cuek. Karena apa pun yang lo rasain setelah nonton—itu valid. Sama kayak hidup Beau: nggak harus masuk akal untuk tetap terasa nyata.