Pekanbaru, Bilikanalogi – Hari Kanker Ovarium Sedunia diperingati pada tanggal 8 Mei setiap tahunnya untuk meningkatkan kesadaran akan kondisi ini. Didirikan pada tahun 2013 oleh sekelompok pemimpin dari organisasi advokasi kanker ini di seluruh dunia, maka di tetapkan satu hari dalam setahun di mana kita secara global menyuarakan solidaritas dalam memerangi kanker tersebut.
Menurut Koalisi Kanker Ovarium Nasional, kanker ovarium dapat merupakan penyakit di mana tergantung pada jenis dan stadium penyakitnya, sel-sel ganas (kanker) ditemukan di dalam, di dekat, atau pada lapisan luar ovarium. Ovarium adalah satu dari dua organ kecil berbentuk seperti kacang almond yang terletak di kedua sisi rahim yang menyimpan sel telur atau sel germinal dan memproduksi hormon estrogen dan progesteron wanita.
Secara normal, sel-sel dalam tubuh Anda membelah diri dan membentuk sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel yang sudah usang atau sekarat. Karena sel kanker masih tumbuh dan membelah, maka sel ini berbeda dari sel normal. Alih-alih mati, sel kanker hidup lebih lama daripada sel normal dan terus menciptakan sel abnormal baru, membentuk tumor.
30 jenis kanker ovarium
Menurut situs web World Ovarian Cancer Coalition, kanker ovarium bukanlah diagnosis tunggal, tetapi merupakan istilah umum untuk berbagai jenis kanker yang memengaruhi ovarium, saluran tuba, dan rongga peritoneum primer. Diperkirakan terdapat lebih dari 30 jenis kanker ovarium, dan terdapat variasi yang sangat luas dalam hal insidensi dan prospek dari berbagai jenisnya.
Dalam sebuah studi tahun 2018 terhadap lebih dari 15.000 perempuan yang hidup dengan kanker ovarium di seluruh dunia, yang dilakukan oleh World Ovarian Cancer Coalition, sembilan dari 10 perempuan mengalami berbagai gejala sebelum didiagnosis, tanpa memandang tahap diagnosis atau jenis kanker ovarium. Yang mengkhawatirkan, 66% wanita dalam penelitian ini melaporkan bahwa mereka bahkan belum pernah mendengar tentang kanker ovarium atau mengetahui apa pun tentang kanker ovarium sebelum didiagnosis.
Gejala yang harus diwaspadai
Berlawanan dengan pemahaman umum, tes Pap smear tidak mendeteksi kanker ovarium, melainkan kanker rahim. Namun, kesadaran akan gejala-gejala yang muncul dapat mengarah pada diagnosis kanker ovarium yang lebih cepat, dan gejala-gejala tersebut meliputi kembung yang menetap, kesulitan makan, cepat merasa kenyang, nyeri panggul dan perut, serta gejala kemih.
Dilansir dari halaman alodokter penyebab kanker ovarium, terjadi ketika DNA di sel-sel ovarium mengalami perubahan atau mutasi. Mutasi tersebut menyebabkan sel ovarium tumbuh tidak normal dan tidak terkendali.
Hingga saat ini, belum diketahui dengan pasti apa penyebab terjadinya mutasi genetik tersebut. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita kanker ovarium, yaitu:
- Berusia di atas 50 tahun
- Merokok
- Menjalani terapi penggantian hormon saat menopause
- Memiliki anggota keluarga yang menderita kanker ovarium atau kanker payudara
- Menderita obesitas, obesitas, endometriosis atau sindrom Lynch
- Pernah menjalani radioterapi
baca juga Hari Palang Merah Sedunia : Tema, Asal Usul, Hingga Sejarah
baca juga Buya Hamka : Siapakah Beliau?
Secercah harapan
Ada beberapa secercah harapan. Penelitian menunjukkan bahwa pengangkatan tuba falopi pada wanita yang tidak lagi memiliki anak atau yang tidak ingin memiliki anak dapat secara signifikan menurunkan, bahkan menghilangkan risiko kanker ovarium, karena dari sinilah sebagian besar kanker ovarium berasal. Sebuah penelitian di Kanada pada tahun 2022 terhadap hampir 26.000 perempuan yang menjalani pengangkatan tuba falopi sebagai pengganti ligasi tuba atau sebagai tambahan dari histerektomi, tidak menemukan satu pun kasus kanker ovarium yang paling mematikan di antara mereka.
Dan meskipun Pap smear saat ini tidak dapat mendeteksi kanker ovarium, penelitian baru menunjukkan bahwa pemeriksaan kanker serviks yang umum dilakukan ini dapat digunakan untuk mengetahui risiko kanker payudara, ovarium, dan endometrium pada pasien dengan menganalisis genom sel serviks. Penelitian ini masih dalam tahap awal, tetapi cukup menjanjikan.
Kurang dari separuh wanita bertahan hidup lima tahun setelah didiagnosis menderita kanker ovarium, dan 80 persen tidak memiliki faktor risiko yang diketahui.
Diagnosis Kanker Ovarium
Untuk mendiagnosis kanker ovarium, dokter akan menanyakan terlebih dahulu gejala dan riwayat kesehatan pasien. Selain itu, dokter juga akan menanyakan apakah ada anggota keluarga yang pernah menderita kanker ovarium atau kanker payudara.
Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area panggul dan organ kelamin. Jika pasien diduga menderita kanker ovarium, dokter akan menjalankan pemeriksaan lanjutan berupa:
- Tes darah
Tes darah bertujuan untuk mendeteksi protein CA-125, yang merupakan penanda adanya kanker - Pemindaian
Metode awal yang dilakukan untuk mendeteksi kanker ovarium adalah USG perut. Setelah itu, dokter dapat melakukan CT scan atau MRI. - Biopsi
Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengambil sampel jaringan ovarium untuk diteliti di laboratorium. Pemeriksaan ini dapat menentukan apakah pasien menderita kanker ovarium atau tidak.
Stadium Kanker Ovarium
Berdasarkan tingkat keparahannya, kanker ovarium dibedakan menjadi empat stadium, yaitu:
- Stadium 1
Kanker terdapat di salah satu atau kedua ovarium dan belum menyebar ke organ lain. - Stadium 2
Kanker sudah menyebar ke jaringan dalam rongga panggul atau rahim. - Stadium 3
Kanker telah menyebar ke selaput perut (peritoneum), permukaan usus, dan kelenjar getah bening di panggul atau perut. - Stadium 4
Kanker sudah menyebar ke organ lain yang letaknya jauh, seperti ginjal, hati, atau paru-paru.