Kerjasama Transformasi Pendidikan di Pangkajene dan Kepulauan

News578 Dilihat

Pangkajene dan Kepulauan – Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, mengapresiasi sinergi dan kerja sama para pemangku kepentingan pendidikan untuk menyukseskan transformasi pendidikan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Sulawesi Selatan. Iwan mengatakan, pemerintah daerah di Pangkep cukup progresif dalam mendorong lembaga pendidikan di wilayahnya untuk menjadi sekolah penggerak.

“Kami memang sengaja mencari daerah yang penuh dengan tantangan. Kemarin saya keliling dari Papua Barat ke Maluku dan sekarang ke Pangkep. Pangkep menurut saya pemerintah daerahnya sangat mendukung dan progresif,” ujar Iwan saat melakukan pertemuan dengan Kepala Dinas Kabupaten Pangkep di SD Negeri 17 Langnga Langnga, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), Selasa (20/2).

Iwan menambahkan bahwa Sekolah Penggerak bukanlah sekolah unggulan, namun merupakan aset yang mendukung pemerintah daerah dalam melakukan transformasi sistem pendidikan di daerah. Sekolah Penggerak akan menerima serangkaian intervensi dan penguatan untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih efisien dan lebih kuat.

“Nantinya, ketika Sekolah Penggerak sudah berjalan selama tiga tahun, mereka akan diberi tugas untuk mereplikasi atau membagikan Sekolah Penggerak ke sekolah-sekolah yang paling membutuhkan intervensi di daerahnya agar mereka bisa bertransformasi dalam waktu satu tahun. Karena Sekolah Penggerak ini memang filosofinya bergerak dan bisa bergerak,” lanjutnya.

Kepala Sekolah SD Negeri 17 Langnga Langnga, Muksim, mengatakan bahwa ia bergabung dengan Program Sekolah Penggerak (PSP) untuk meninggalkan warisan yang baik sebelum ia pensiun. Meski akan pensiun lima tahun lagi, ia tetap ingin berubah dan berkembang. “Apa yang saya lakukan berdasarkan hasil Sekolah Penggerak akan menjadi warisan bagi rekan-rekan guru dan murid-murid saya. Karena ilmu itu terbawa sampai ke liang lahat,” ujarnya penuh haru.

Pada tahun 2022, SD Negeri 17 Langnga menjadi sekolah pelaksana Program Sekolah Penggerak dan memiliki dua orang guru Penggerak yang bekerja sama untuk mendorong transformasi pendidikan yang diterapkan oleh Muksim. Sejak menjadi sekolah PSP, SD Negeri 17 Langnga Langnga juga membentuk komunitas belajar (Kombel) yang secara rutin mengadakan kegiatan seminggu sekali untuk meningkatkan keterampilan guru.

“Setiap hari Sabtu, para guru meluangkan waktu untuk bertemu dan berdiskusi satu sama lain. Mereka bersemangat untuk belajar karena termotivasi untuk melakukan pekerjaan yang baik di kelas. Bahkan guru-guru yang akan pensiun pun didorong untuk meningkatkan kemampuan mereka,” katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Pangkep, Muhammad Yusran Lalogau, menyampaikan apresiasinya terhadap program kurikulum Merdeka. Ia berharap kurikulum Merdeka dapat diterapkan di seluruh sekolah. Lebih lanjut Yusran mengatakan bahwa beberapa terobosan yang dilakukan oleh Kemendikbud sudah mulai terlihat. Melalui Guru Penggerak, para guru di Kabupaten Pangkep telah melakukan inovasi-inovasi untuk memberikan pendidikan yang lebih baik kepada para siswa. Ia berharap perubahan ini akan terus berlanjut dan program unggulan Kemendikbud ini dapat mentransformasi pendidikan, khususnya di Kabupaten Pangkep.

“Sudah ada 475 dari 702 atau sekitar 66% dari unit-unit pendidikan di tingkat PAUD, SD, dan SMP yang telah mengimplementasikan kurikulum Merdeka. Kami terus berupaya untuk memberikan berbagai jenis pelatihan dengan harapan penerapan kurikulum Merdeka dapat mencapai 100%,” ujar Yusran.

Sabrun Jamil, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pangkep, menjelaskan bahwa Kabupaten Pangkep terdiri dari tiga wilayah, yaitu dataran rendah, dataran tinggi, dan kepulauan. Oleh karena itu, ada beberapa kendala terutama di daerah kepulauan dalam hal mengurangi angka putus sekolah. Namun, pemerintah daerah terus berupaya untuk berinovasi, termasuk melalui kelas perahu. Dalam kelas perahu, pembelajaran berbasis pada pembelajaran mandiri dengan bantuan lembar kerja siswa (LKS) yang dapat diberikan kepada siswa di tengah laut.

“Melalui kelas perahu, kami berusaha menanamkan pendidikan kepada anak-anak nelayan yang pergi melaut untuk membantu orang tuanya mencari nafkah,” katanya.

Ridwan, guru yang kini menjabat sebagai Kepala SD Negeri 16 Laikang, juga menceritakan perjuangannya sebagai seorang anak yang sempat putus sekolah, yang kemudian memotivasinya untuk menjadi seorang guru. Sebagai seorang “Master Teacher”, ia harus bisa menjadi pemimpin yang memberikan dampak positif bagi sekolahnya.

Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 30/sipers/A6/II/2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *