BA – Film “Like & Share” yang dirilis pada tahun 2022 merupakan karya berani dari Gina S. Noer yang mendobrak batas-batas konvensi perfilman Indonesia. Di tengah dominasi film komersial yang cenderung mengambil jalur aman, film ini hadir dengan narasi yang kompleks dan berani mengangkat isu-isu yang seringkali dianggap tabu dalam masyarakat Indonesia. Melalui kisah dua remaja berusia 17 tahun, Lisa (Aurora Ribero) dan Sarah (Arawinda Kirana), film ini mengeksplorasi berbagai lapisan permasalahan sosial yang menjadi cerminan realitas kehidupan remaja Indonesia di era digital, mulai dari krisis identitas, kekerasan seksual, hingga dampak media sosial terhadap kehidupan pribadi.
Analisis Kompleksitas Narasi dan TemaIdentitas, Seksualitas, dan Penerimaan Diri
Film ini menghadirkan eksplorasi mendalam tentang pencarian identitas melalui karakter Lisa yang menemukan ketertarikannya pada Fita (Aulia Sarah). Penggambaran proses penemuan orientasi seksual Lisa dilakukan dengan pendekatan yang sensitif dan natural, menunjukkan kompleksitas emosional seorang remaja yang berhadapan dengan ekspektasi sosial dan keluarga. Konflik internal Lisa semakin diperdalam dengan hubungannya yang kompleks dengan sang ibu (Unique Priscilla), yang memiliki standar kesempurnaan yang tidak realistis. Gina S. Noer berhasil menggambarkan dilema ini tanpa jatuh ke dalam stereotip atau simplifikasi, memberikan ruang bagi penonton untuk memahami nuansa kompleks dari proses penemuan diri di masa remaja.
Kekerasan Seksual dan Viktimisasi di Era Digital
Tragedi yang dialami Sarah menjadi titik putar yang mengungkap berbagai lapisan permasalahan sosial yang lebih dalam. Film ini tidak hanya menggambarkan trauma fisik dan psikologis dari kekerasan seksual, tetapi juga mengeksplorasi bagaimana media sosial dapat memperpanjang dan memperparah trauma korban. Melalui pengalaman Sarah, penonton diajak untuk menyaksikan bagaimana viktimisasi dapat terjadi berulang kali dalam ruang digital, di mana batas antara privasi dan konsumsi publik menjadi sangat tipis. Penggambaran proses pencarian keadilan yang dihadapi Sarah juga membuka diskusi tentang sistem hukum dan sosial yang seringkali tidak berpihak pada korban kekerasan seksual, terutama ketika kasus tersebut memiliki dimensi digital.
Dinamika Keluarga Modern dan Krisis Komunikasi
Film ini memberikan potret yang mendalam tentang berbagai bentuk disfungsi keluarga modern. Hubungan Lisa dengan ibunya yang toksik menggambarkan bagaimana ambisi dan ekspektasi orang tua dapat menciptakan jarak emosional yang sulit dijembatani. Di sisi lain, kehidupan Sarah dan Ario (Kevin Julio) menunjukkan bagaimana trauma dan kesibukan dapat menciptakan keterasingan bahkan di antara saudara kandung. Ketidakhadiran figur orang tua, baik secara fisik maupun emosional, digarap dengan detail yang menusuk, menggambarkan bagaimana pola asuh dan dinamika keluarga mempengaruhi pembentukan karakter dan kemampuan remaja dalam menghadapi krisis.
Analisis Teknis dan Sinematik
Penyutradaraan dan Bahasa Visual
Gina S. Noer menunjukkan kepiawaiannya dalam menciptakan bahasa visual yang kuat dan bermakna. Penggunaan close-up shot yang intim tidak hanya berfungsi untuk menangkap detail ekspresi para karakter, tetapi juga menciptakan kedekatan emosional antara penonton dengan pergulatan batin para tokoh. Tone warna yang cenderung dingin dan desaturated menciptakan atmosfer alienasi yang konsisten dengan tema film, sementara permainan pencahayaan yang kontras digunakan secara efektif untuk menggambarkan dualitas kehidupan para karakter – antara persona publik dan pergulatan pribadi mereka. Teknik pengambilan gambar dalam adegan-adegan sensitif dilakukan dengan penuh pertimbangan, menghindari eksploitasi visual namun tetap mampu menyampaikan beratnya situasi yang dihadapi karakter.
Performa Akting dan Karakterisasi
Kekuatan utama film ini terletak pada performa para pemerannya yang mendalam dan kompleks. Aurora Ribero memberikan penampilan yang nuansir sebagai Lisa, menggambarkan konflik internal karakternya melalui gestur-gestur halus dan tatapan mata yang menyiratkan keraguan dan pencarian jati diri. Arawinda Kirana sebagai Sarah memberikan performa yang powerful dalam menggambarkan transformasi karakternya dari seorang remaja biasa menjadi korban yang berjuang mencari keadilan dan pemulihan. Chemistry antara para pemain terbangun secara natural dan meyakinkan, menciptakan dinamika hubungan yang kompleks dan believable.
Signifikansi Sosial dan Dampak Kultural
Film “Like & Share” hadir sebagai sebuah milestone penting dalam perfilman Indonesia, tidak hanya dari segi artistik tetapi juga dari dampak sosialnya. Film ini membuka ruang diskusi tentang berbagai isu krusial yang seringkali luput dari perhatian publik, seperti pentingnya pendidikan seksual yang komprehensif, kebutuhan akan sistem dukungan yang lebih baik bagi korban kekerasan seksual, dan urgensi literasi digital di kalangan remaja. Melalui penggambaran yang jujur dan tidak menghakimi tentang identitas seksual, film ini juga berkontribusi pada dialog yang lebih inklusif tentang keberagaman dalam masyarakat Indonesia.
Kesimpulan
“Like & Share” adalah sebuah pencapaian sinematik yang mengesankan dalam kemampuannya mengangkat isu-isu kompleks dengan pendekatan yang matang dan bertanggung jawab. Film ini tidak hanya berhasil menggambarkan realitas kehidupan remaja di era digital dengan segala kompleksitasnya, tetapi juga memberikan ruang refleksi bagi penonton untuk mempertanyakan kembali nilai-nilai dan sikap mereka terhadap isu-isu sensitif yang diangkat. Melalui narasinya yang kuat dan eksekusi teknis yang mumpuni, film ini menjadi bukti bahwa sinema Indonesia mampu menghasilkan karya yang tidak hanya menghibur tetapi juga mendorong perubahan sosial yang positif.
Source : Narasi, Wikipedia