Mengenal Disgrafia

Psikologi286 Dilihat

Pekanbaru, Bilikanalogi – Anak-anak pada umumnya yang sudah menduduki satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama kisaran 12-15 tahun, mereka memasuki tahap remaja. Usia ini menjadi tahap perkembangan serta pertumbuhan anak-anak karena masa peralihan dari anak-anak ke masa remaja. Pada usia ini para pendidik satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama percaya, bahwa peserta didik sudah bisa membaca dan menulis.

Beberapa fakta yang terjadi yang disaksikan oleh pendidik, bahwa diantara 1:100 terdapat kasus dimana anak-anak menderita kasus disgrafia. diambil dari www.motherandbaby.co.id Dr. Sanveen Kak-Sadhnani, psikolog klinis dari Thomson Pediatric Centre – The Child Development Centre, Singapura menjelaskan “Disgrafia adalah kesulitan belajar spesifik yang memengaruhi kemampuan menulis dan motorik halus”.

Kasus ini berbeda dengan penderita disleksia yang membuat anak kesulitan dalam membaca, kasus penderita disgrafia membuat anak kesulitan dalam berekspresi dalam bentuk tulisan. penderita disgrafia kesulitan dalam membuat tulisan tangan, mengeja, dan mengorganisasikan pikiran. ketika mereka akan menulis dan mendapat ejaan atau dikte dari pendidik, dia akan kesulitan untuk menuliskan hal yang telah disampaikan oleh orang lain atau pendidikan. Anak tersebut akan sangat ketakutan ketika seorang pendidik mendikte atau menyampaikan materi. dia akan merasa tersudut karena tidak bisa menulis materi yang disampaikan oleh pendidik.
Berdasarkan artikel motheranbaby.co.id dijelaskan beberapa gejala disgrafia di bawah ini :

• Kesulitan menulis cetak maupun membuat tulisan sambung.

• Tidak konsisten dalam menulis. Contohnya, sering memadukan tulisan cetak dan tulisan sambung, menggabungkan huruf besar dan huruf kecil, ukuran huruf yang tidak sama, atau bentuk huruf yang berubah-ubah.

• Kata-kata yang ia tulis sering tidak selesai, baik tidak selesai dalam artian kurang huruf atau bahkan kurang kata.

• Sering memberikan spasi yang tidak beraturan jaraknya antar kata atau antar huruf.

• Saat menulis, posisi tubuh, pergelangan tangan, atau kertasnya sering tidak wajar.

• Sering kesulitan memvisualisasikan formasi huruf.

Penderita disgrafia bukan berarti dia bodoh atau kategori anak yang memiliki IQ dibawah rata-rata, anak nakal, atau sebagainya. anak-anak penderita disgrafia sama seperti anak normal tetapi ada beberapa hambatan yang terjadi pada diri sang anak. Penderita disgrafia memiliki gangguan dan hambatan dalam menulis. Tetapi walaupun sang anak memiliki ganguan tersebut, mereka tetap anak normal yang memiliki kemampuan lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *