Pekanbaru, Bilikanalogi – Anak-anak pada umumnya yang sudah menduduki satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama kisaran 12-15 tahun, mereka memasuki tahap remaja. Usia ini menjadi tahap perkembangan serta pertumbuhan anak-anak karena masa peralihan dari anak-anak ke masa remaja. Pada usia ini para pendidik satuan pendidikan Sekolah Menengah Pertama percaya, bahwa peserta didik sudah bisa membaca dan menulis.
Beberapa fakta yang terjadi yang disaksikan oleh pendidik, bahwa diantara 1:100 terdapat kasus dimana anak-anak menderita kasus disgrafia. diambil dari www.motherandbaby.co.id Dr. Sanveen Kak-Sadhnani, psikolog klinis dari Thomson Pediatric Centre – The Child Development Centre, Singapura menjelaskan “Disgrafia adalah kesulitan belajar spesifik yang memengaruhi kemampuan menulis dan motorik halus”.
• Kesulitan menulis cetak maupun membuat tulisan sambung.
• Tidak konsisten dalam menulis. Contohnya, sering memadukan tulisan cetak dan tulisan sambung, menggabungkan huruf besar dan huruf kecil, ukuran huruf yang tidak sama, atau bentuk huruf yang berubah-ubah.
• Kata-kata yang ia tulis sering tidak selesai, baik tidak selesai dalam artian kurang huruf atau bahkan kurang kata.
• Sering memberikan spasi yang tidak beraturan jaraknya antar kata atau antar huruf.
• Saat menulis, posisi tubuh, pergelangan tangan, atau kertasnya sering tidak wajar.
• Sering kesulitan memvisualisasikan formasi huruf.