Intip dan Petik Filsafat Ilmu

Opini305 Dilihat

Pekanbaru, Bilikanalogi – Dunia filsafat memiliki sejarah berbilah dan berbilik, berputar iring peradaban dunia yang kapan berhenti bersama kiamat. Filsafat dalam perjalanan waktu kehidupan menjadi semakin banyak penemuan baru yang membentuk pilar dengan bentuk tersendiri. Ranum di tengah perjalanan hari ini menuju esok atau lusa menuju masa depan dengan menjinjing makna “akhir” dan tamat.

Perkembangan filsafat menyembur pada setiap zamannya dan mengeluarkan saripati filsuf yang semakin bersilang arah dan membentuk filsafat baru dengan corak kekinian (zamannya). Pendapat dan pencarian menuju kebenaran dengan teori-teori paling agung menambah keluhuran jiwa, menjalar dan berkembang dalam sungkup ranah politik, ekonomi, ilmu pengetahuan bahkan kebudayaan yang akhirnya menjadi ideologi gagasan mulia.

Hari ini filsafat mulai menyembul di permukaan kaum kaku dan alergi dengan pemikiran kejiwaan yang “rumit”, padahal kebenaran dalam diri manusia tertimbun yang semestinya digali, tapi mungkin sebagian manusia juga tidak ingin menyusahkan diri dengan pemikiran baru atau “malas”. Dalam siklus negatif manusia juga terkadang menjadi gerigi motorik perjalanan hidup. Prof. Yusmar Yusuf mengatakan “Dunia ini diselamatkan oleh [juga orang-orang malas]; kalau semuanya rajin. Maka bumi ini dalam 20 tahun ke depan punah..” Hoch Germania-Nieder Germania [Pan Sumatran].

Mengintai perjalanan filsafat yang semakin berakar dan membentuk terombo filsafat hingga saat ini, dengan kalimat yang sampaikan oleh Prof. Yusmar Yusuf mulai memberi magnet cara berpikir penyimak dalam tembungan filsuf sains yang ditaja FISIP UNRI di Ruang Rapat Senat Universitas Riau dengan sungkup gempita bernama Syarahan Shadu Perdana yang juga dimotori Guru Besar Sosiologi UNRI ini. Pengenalan dan pemahaman filsafat tidak hanya lurus begitu saja tanpa penggalian dan cermatan diri mencari dan mengenal filsafat.

Paul Karl Feyerabend menjadi materi syarahan utama Prof. Yusmar Yusuf dengan suntingan frasa kelam malam beludru. “Pikiran-pikiran Germania (osterreicht) yang formal dan kaku dingin. Namun, setelah pembakuan ‘bid’ah’ pemikiran tentang anarkhi ilmu pengetahuan, dia semacam dikucilkan. Prof. Yusmar Yusuf juga menambahkan Sains tak lebih satu dari sekian bentuk pengucapan (bahasa) selain agama untuk berdepan dengan dunia.

Di tengah malam [abend] beludru itulah, arkian pemikiran-pemikiran Feyerabend meluncur bak: ‘il viendra tout droit, du coeur des etoles.. [dia turun dari jantung bintang-bintang] abad 20. Menolak kerajaan banalitas sains yang mendaku-daku sebagai raja kebenaran, bukan medecine positivisme barat modern yang maksa. Tapi ideologi dibelakang sains itu yang jadi persoalan. Biar saja orang berobat lewat jamu herbal, yoga, tai chi, chi qong, herba. Kenapa arsitektural yang geometrikal lebih unggul dan jadi penasehat kebenaran atas feng shui, sains itu bawannya a-historis bagi peradaban manusia. Everything goes

Pemikiran filsafat semakin meluas dan berkecambah hingga kini, Feyerabend membentuk virus masa depan dan menjangkit Ibam dalam pemaparannya , sekaligus bertindak selaku vaksin untuk mengobat demam FISIP yang limbung diterjang virus dalam, vaksin yang diambil produk sendiri bukan produk asing. Di Universitas pengajar filsafat ditingkat S3, karena tidak berkemampuan akhirnya terkesan mengajar agama, bukan pula sejenis teologi yang tak jelas jantina dan jenama. Nama Feyerabend seperti dihapus dalam pencarian google ketika diketik, algoritmanya menolak, tak keluar Hyperlink Feyerabend , maknanya; begitu benci barat modern melihat Feyerabend yang “murtad” itu. Sebab Google adalah anak kandung sains modern barat itu sendiri, tambah Prof. Yusmar Yusuf.

Ketertarikan mengintip dengan perluasan filsafat ilmu menjadikan pemikiran serba ceremoni dan haus popularitas terhenti sejenak pada diskusi dengan peserta terbatas, mendedahkan ruang sadar yang tersumbat dan sebu mengusung itu dan itu saja. (*)

Filsafat
Matrock – Seniman musik tradisi-kontemporer. Menyudu segala bunyi dan ritme mandala gayutan langit dan kuala, peneraju Blacan Aromatic Ethnic Project.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *