BALI, BILIKANALOGI.WEB.ID – Kalau ke Bali hendaknya singgah ke salah satu destinasi alternatif yang saat ini masih tersembunyi dibagian pelosok Bali. Karangasem salah satu destinasi yang berada di sisi paling Timur Pulau Bali.
Tidak hanya terkenal dengan keindahan pantainya tetapi Bali juga terkenal dengan Budayanya. Budaya Bali tidak hanya tentang seni dan ritual, tetapi juga memiliki ribuan catatan hingga literasi berusia ratusan tahun yang masih tersimpan dengan baik.
Masyarakat leluhur Bali mencatat banyak sekali aturan-aturan, tata-cara, tips, bahkan dari hal kematian hingga mengurus tanaman. Catatan tersebut memiliki usia yang sudah sangat tua, yang isinya mulai dari tata cara kehidupan ritual hingga kehidupan sehari-hari.
Hingga pada saat ini catatan tersebut masih dijadikan pedoman aturan dimasyarakat adat Bali.
Jero Mangku, seorang pendeta yang dipercaya dan bertanggung jawab untuk menjaga catatan leluhur dengan baik.
Dilansir dari laman karangasem, bahwa tugas lainnya dari Jero Mangku yaitu menuliskan ulang catatan daun lontar yang mulai rapuh, pudar, atau rusak. Walau catatan di daun lontar ini masih awet, hanya saja karena beberapa hal mengalami kerusakan. Karena itu Jero Mangku bertanggung jawab untuk melestarikannya.
baca juga Lulusan Doktor Pertama Prodi Ketahanan Nasional UGM
Untuk menjaga catatan leluhur dengan baik maka warga Desa Dukuh Penaban berinisiatif untuk membangun museum ini. Terdapat beberapa bangunan di kompleks museum ini, dimulai dari bale-bale, ruang koleksi, hingga dapur.
Bangunan yang khas dibangun dengan cara klasik dengan menumpukkan batu dari gumpalan tanah, yang kemudian disusun dengan anyaman bambu hingga jerami di bagian atapnya.
Konsep arsitektur dari jenis bangunan ini sudah berusia ratusan tahun. Pengerjaannya pun tidak asal-asalan, yang hanya bisa dilakukan oleh para Jero Mangku terdahulu.
Dilansir dari laman Indonesia Development Forum pada tahun 2018, Hilmar Farid mengatakan bahwa museum perpustakaan di Lontar merupakan contoh pengelolaan kekayaan intelektual dan budaya di tingkat masyarakat. Kekayaan dan pengetahuan lokal ini dapat menjadi cara bagi pemerintah daerah, bahkan di tingkat desa, untuk mendorong pembangunan ekonomi dan mengurangi kesenjangan budaya. Caranya adalah dengan menjadikan sektor budaya sebagai kegiatan utama.
“UU No 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan memberikan platform untuk hal ini (pengembangan kebudayaan),” ujar Hilmar
Berkunjung ke Museum Pustaka Lontar benar-benar memiliki kesan dan pengalaman tersendiri ketika kita berlibur ke Bali. Mengapa? Karena kita seolah-olah dibawa ke masa lalu Bali. Kita bisa membaca beberapa dokumen kuno yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kita juga bisa melihat nama kita ditulis dalam bahasa Balige.
Jika Anda beruntung, Anda bisa bertemu dengan Jero Mangku saat mengunjungi museum ini. Mereka sangat ramah dan dengan senang hati menceritakan banyak hal tentang pembuatan perpustakaan daun lontar ini.