PEKANBARU, (BA) – Dalam upaya melestarikan tradisi suku Talang Mamak di desa Rantau Langsat, Indragiri Hulu, seniman tari Claudio Chantona menciptakan sebuah karya tari berjudul Ragam Rantau Langsat. Karya tari ini tidak hanya menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat adat, tetapi juga menangkap esensi dari ritual budaya yang kaya dan jarang diketahui oleh masyarakat umum.
Claudio Chantona seorang koreografer muda riau, yang sudah menyelesaikan pendidikan dibidang seni tari pada salah satu kampus di Riau yaitu Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR).
Saat ini, dia tergabung kedalam salah satu sanggar atau komunitas yang berkecimpung di dunia seni tari yaitu Lembaga Rumah Seni Balai Proco sebagai ketua sanggar untuk wilayah Kota Pekanbaru.
Berbagai prestasi dan pengalaman menjadikan Dio (panggilan akrab) untuk tidak berhenti berkreatifitas. Apalagi untuk kegiatan pengembangan diri. Kegiatan dan pembinaan ia ikuti agar menambah wawasannya di bidang seni tari khususnya di Riau.
Lomba Tari Melayu yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau yaitu Kenduri Riau 2024 dengan tema “Dunia Kecil Penuh Warna” menjadi salah satu wadah Dio untuk menuangkan kreativitasnya. Ditambah lagi, Dio di support oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Indragiri Hulu agar membawa nama daerah Indragiri Hulu di ajang bergengsi ini.
Desa Rantau Langsat sendiri merupakan wilayah masyarakat adat Talang Mamak yang kaya akan tradisi dan budaya. Keseharian masyarakat Talang Mamak dipenuhi dengan kegiatan pertanian, bekerja sebagai nelayan dan melakukan berbagai upacara adat yang memiliki makna budaya yang tinggi. Di tengah arus modernisasi, masyarakat desa ini tetap menjaga hubungan mereka dengan alam dan budaya tradisional.
“Berangkat dari aktifitas ataupun keseharian masyarakat adat Talang Mamak yang berada di Rantau Langsat, Inhu, Riau. Keseharian masyarakat disana ialah, berladang dan juga nelayan, tak lupa pula dalam upacara adat sangatlah kental disana”, ungkap Dio (22/10)
Dalam sebuah garapan tari “Ragam Rantau Langsat” ini, tak lain mengangkat sebuah aktifitas ataupun keseharian masyarakat adat Talang Mamak yang ada di Kampung Rantau Langsat tersebut, dengan membawa esensi khas tari kain yang ada di talang mamak, bulian besar dengan mengkombinasikan antara tradisi dan moderenisasi.
“Elemen budaya yang saya bawa ke dalam karya tari saya ialah esensi tari kain yang ada di talang mamak, bulian dengan esensi rentakannya, sastra lisan talang mamak dan juga sedikit memberikan unsur unsur moderenisasi”, ungkap Dio (22/10)
Melalui Ragam Rantau Langsat, Dio mencoba menangkap warna budaya Talang Mamak dalam sebuah komposisi tari. Menggabungkan tradisi dan sentuhan modernisasi, tarian ini menggabungkan elemen-elemen tari Kain, Rentak Bulian, dan sastra lisan masyarakat adat Talang Mamak. Claudio menekankan pentingnya menampilkan aspek-aspek budaya yang sering dilupakan atau jarang ditampilkan kepada khalayak luas.
“Yang memotivasi saya untuk mengangkat kesenian Talang Mamak ke dalam sebuah karya tari adalah pelestarian dan konservasi adat istiadat di provinsi Riau, khususnya kesenian suku Talang Mamak. Tidak banyak yang tahu bahwa selain tari Rentak Bulian yang sudah terkenal, ada juga tari kain dan upacara adat lainnya,” tambah Dio.
Menurutnya, karya ini juga terinspirasi dari pengalamannya bersentuhan langsung dengan masyarakat Talang Mamak. Interaksi ini memberikan Dio wawasan tentang kondisi, situasi dan tradisi unik masyarakat adat di pedalaman. Ia menambahkan bahwa tantangan terbesar dalam menciptakan karya ini adalah mentransformasikan tradisi ritual yang sakral ke dalam bentuk tarian yang dapat dinikmati oleh khalayak umum tanpa kehilangan esensinya.
Metode eksplorasi menjadi kunci penting untuk menciptakan gerakan tari yang inovatif. Dio menggabungkan unsur ritual tradisional dengan unsur modern untuk menciptakan sebuah karya yang mendekatkan tradisi Talang Mamak kepada masyarakat.
Elemen-elemen budaya seperti ritual peralihan dari tarian Bulian, literatur yang ditransmisikan secara lisan, dan kain tradisional digabungkan dengan hati-hati untuk menciptakan dampak visual yang kuat sambil tetap berpegang teguh pada akar budaya asli.
“Saya ingin masyarakat umum, terutama generasi muda di Riau, mengetahui bahwa adat dan tradisi suku Talang Mamak harus dilestarikan. Tradisi ini sangat berharga dan harus diangkat ke permukaan agar dikenal di dunia internasional,” tambahnya.
“Tantangan saya sangatlah berat, karena saya harus menuangkan sebuah tradisi yang mana pada umumnya jarang untuk di perlihatkan ke khalayak ramai dan juga tidak semua orang tahu ada dan tradisi yang ada disana Jadi saya semakin semangat dengan mengangkat tradisi suku talang mamak itu,” ungkap Dio
Harapan besar Dio, agar generasi muda di Riau lebih tertarik untuk mengenali dan melestarikan budaya lokal mereka sendiri. Di masa globalisasi, ketika proses modernisasi semakin cepat, melestarikan identitas budaya lokal menjadi semakin penting. Karya Ragam Rantau Langsat merupakan salah satu langkah konkret untuk memastikan bahwa tradisi tidak hilang dan tetap relevan di tengah perubahan.
Dalam hal ini, Dio berharap karyanya tidak hanya dilihat sebagai hiburan yang artistik, tetapi juga sebagai pengingat akan pentingnya melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya Riau, khususnya budaya Talang Mamak.
“Harapannya, terkhusus anak anak muda yang ada di Provinsi Riau, marilah kita jaga dan lestarikan , adat dan budaya tradisi yang ada di kampung kita sendiri, lalu angkatlah adat dan tradisi kita agar semakin dikenal oleh khalayak ramai hingga kancah internasional,” tutupnya.