Prosesi Tegak Payung Panji Adat: Meneguhkan Marwah Melayu di Riau

Budaya25 Dilihat

Pekanbaru, (BA) – Dalam suasana pagi yang khidmat, halaman Balai Adat LAMR Provinsi Riau menjadi saksi sebuah tradisi sakral, Tegak Payung Panji Adat, sebagai simbol peneguhan jati diri dan martabat Melayu. Prosesi ini menjadi pembuka Musyawarah Kerja (Musker) Lembaga Adat Melayu Riau, membawa pesan mendalam tentang kekuatan adat di tengah modernitas.

Sakralitas Prosesi Tegak Payung Panji Adat

Dibuka dengan lantunan ayat suci Alquran oleh Tuan Hasbi Ashydiqi, prosesi ini dipimpin oleh Tuan Imam Datuk Rahmad Khaidir dan Tuan Kadam Datuk Monda Gianes, dengan didampingi tujuh penjawat adat lainnya.

“Ini bukan sekadar ritual, tetapi upaya menghidupkan nilai-nilai luhur Melayu,” ujar Ketua Umum Majelis Kerapatan Adat (MKA) LAMR, Datuk Seri H. Raja Marjohan Yusuf.

Puncak prosesi adalah pengibaran empat warna bendera adat:

  1. Putih: Kesucian niat dan tujuan.

  2. Kuning: Kemuliaan dan kebesaran adat.

  3. Merah: Keberanian menjaga marwah.

  4. Hijau: Kesuburan dan keberlangsungan hidup.

Sementara payung hitam, sebagai lambang perlindungan alam, tegak berdiri menaungi prosesi ini.

Pengorbanan dan Kesatuan Simbolik

Bagian tak terpisahkan dari prosesi ini adalah penyembelihan seekor kambing, melambangkan niat suci dan pengorbanan. Datuk Seri H. Taufik Ikram Jamil, Ketua Umum Dewan Pimpinan Harian (DPH) LAMR, menjelaskan bahwa Tegak Payung Panji Adat bukan hanya seremoni.

“Ini adalah pernyataan tegas bahwa nilai-nilai Melayu tetap relevan dan menjadi pedoman menghadapi tantangan zaman.”

Panji Adat Serentak di Seluruh Riau

Tidak hanya di Pekanbaru, prosesi serupa dilakukan secara serentak di seluruh kabupaten/kota di Riau. Ketua MKA dan DPH masing-masing daerah turut mengibarkan panji adat, memperkuat tekad bersama masyarakat adat Riau dalam menjaga warisan dan jati diri.

“Adat adalah payung tempat kita berteduh,” tegas Datuk Seri Taufik Ikram Jamil.

Menjaga Marwah di Tengah Modernitas

Prosesi ini menjadi simbol bahwa adat Melayu bukan sekadar warisan, tetapi kekuatan hidup yang terus relevan. LAMR menegaskan posisinya sebagai penjaga budaya, memastikan nilai-nilai Melayu tetap tegak dan menjadi pijakan menuju masa depan.

“Di bawah payung adat yang kita tegakkan, tersimpan tanggung jawab menjaga martabat dan hak masyarakat adat Riau,” pungkas Datuk Seri Taufik.

Dengan semangat kebersamaan, Tegak Payung Panji Adat menjadi bukti bahwa masyarakat Melayu Riau siap menjawab tantangan zaman tanpa melupakan akar budaya mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *