Pekanbaru, Bilikanalogi – Motif siku awan menjadi pilihan, Sehingga Pemerintah Kota (Pemko) Pekanbaru telah menetapkan dan mengumumkan logo yang akan digunakan sebagai logo Hari Jadi ke-239 Pekanbaru.
“Alhamdulillah, kita sudah mengumumkan pemenang lomba dan logo tersebut yang akan dipakai untuk logo Hari Jadi ke-239,” ucap Ketua Panitia Hari Jadi ke-239 Pekanbaru, Raja Hendra Saputra, Jumat (19/5).
Dijelaskan, desain logo Hari Jadi ke-239 sendiri terinspirasi dari tenun songket Melayu Riau bermotif “Siku Awan” yang memiliki bentuk berliku, mengerucut ke atas seperti segitiga, dan memiliki bentuk seperti puncak mahkota yang menyimbolkan Bergerak, Tumbuh, dan Bermarwah.
“Bentuk berliku menyimbolkan masyarakat Pekanbaru yang terus BERGERAK maju dan raih peningkatan dalam semua aspek yang ada,” ujar Raja Hendra.
Sementara bentuk mengerucut ke atas seperti segitiga menyimbolkan Kota Pekanbaru yang terus TUMBUH berkembang dalam aspek ekonomi, pembangunan dan aspek penduduk.
Sedangkan seperti puncak mahkota menyimbolkan Kota Pekanbaru BERMARWAH, yang memiliki makna bermartabat, sebuah kehormatan, keunggulan yang sesuai dengan visi misi kota Pekanbaru untuk mengangkat Kota Pekanbaru menjadi daerah yang memiliki martabat, unggul dan mandiri sumber daya manusianya.
“Jadi, Logo Hari Jadi ke-239 ini menyimbolkan arti dari Kota Pekanbaru yang senantiasa bertumbuh bergerak serta bermarwah bermartabat unggul dalam segala aspek yang ada,” ungkapnya
Makna Motif Siku Awan atau Awan Berarak Riau
Tenun Songket Melayu Pekanbaru merupakan kekayaan asli negeri melayu, songket melayu Riau ini kaya dengan motif, makna serta falsafah.
Motif Siku Awan atau Awan Berarak mengandung filosofi yang budi pekerti sopan santun dan kelembutan akhlak. Motif ini melambangkan panjang umur atau keabadian.
Motif ini merupakan rangkaian dari motif yang tersusun rapi berdampingan dan berhubungan, dimana berilham daripada alam yaitu awan yang bergerak apabila ditiup angin.
Ada pula mengatakan bahwa nama ini diambil sempena nama seorang anak kecil bernama Awang yang menggaris tanah hingga melaratlarat menjadi bentuk yang cantik. Kebiasaannya pengukir menciptakan daun, buah dan bunga hasil ilhamnya sendiri.
Motif ini corak yang paling dimuliakan dalam apresiasi seni ukir Melayu Klasik.